BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
PENGERTIAN
HUKUM
Istilah hukum berasal dari Bahasa Arab : HUK'MUN yang
artinya menetapkan. Arti hukum dalam bahasa Arab ini mirip dengan pengertian
hukum yang dikembangkan oleh kajian dalam teori hukum, ilmu hukum dan sebagian
studi-studi sosial mengenai hukum.
Definisi hukum menurut beberapa Ahli :
Leon Duguit
Semua aturan tingkah laku para angota masyarakat, aturan
yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh anggota masyarakat
sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika yang dlanggar menimbulkan
reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.
Immanuel Kant
Keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas
dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang
yang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.
Prof. Soedkno Mertokusumo
Keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau
kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tingkah laku
yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan
pelaksanaannya dengan sanksi.
Mochtar Kusumaatmadja
Keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat, juga meliputi lembaga (institusi) dan proses yang
mewujudkan kaidah tersebut dalam masyarakat.
Aristoteles
Sesuatu yang berbeda dari sekedar mengatur dan
mengekspresikan bentuk dari konstitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur
tingkah laku para hakim dan putusannya di pengadilan untuk menjatuhkan hukuman
terhadap pelanggar.
BAB
II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
PEMBAHASAN KONFLIK
Konflik berasal
dari kata kerja Latin configere yang
berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang
dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus
di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya,
integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Definisi konflik Menurut Beberapa Para Ahli :
Menurut
Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan
sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya
keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau
lebih pihak secara berterusan.
Menurut
Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika
masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri –
sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
Menurut
Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan
oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya
konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak
ada.
Faktor-Faktor Penyebab Konflik :
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan
pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah
individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang
berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu
hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik
sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa
terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan
pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran
dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan
individu yang dapat memicu konflik.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau
kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar
belakang kebudayaan yang
berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi,
tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat
pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan
konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Jenis-Jenis
Konflik
- Konflik antara atau dalam peran sosial
(intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau
profesi (konflik peran (role))
- Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar
keluarga, antar gank).
- Konflik kelompok terorganisir dan tidak
terorganisir (polisi melawan massa).
- Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang
saudara)
- Konflik antar atau tidak antar agama
- Konflik antar politik.
Akibat konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai
berikut :
- meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok
(ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
- keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
- perubahan kepribadian pada individu, misalnya
timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
- kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
- dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang
terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak
yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema
dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap
hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai
berikut:
- Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah
pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
- Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri
hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
- Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain
hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan"
konflik bagi pihak tersebut.
- Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan
menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.
Contoh
konflik
- Konflik
Vietnam berubah menjadi perang.
- Konflik Timur Tengah
merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol, sehingga timbul kekerasan. hal
ini dapat dilihat dalam konflik
Israel dan Palestina.
- Konflik Katolik-Protestan di Irlandia
Utara memberikan contoh konflik bersejarah lainnya.
Cara-Cara Mengatasi Konflik
1. Integrating
Cara ini digunakan berdasarkan pada usaha-usaha untuk
mengamati perbedaan dan mencari solusi yg bisa diterima oleh setiap anggota
yaitu dengan cara mempersatukan. Penggunaan cara ini jika terjadi perbedaan
pendapat ( Konflik ), maka penyelesaiannya kembali kepada persoalan awal.
Masalah dibicarakan ulang sehingga konflik tidak terjadi lagi. Penggunaan cara
ini jika waktu tidak terbatas, persoalannya kompleks, dan strategi jangka
panjang.
2. Obliging
Menghargai status pihak lawan. Dengan menempatkan nilai
tinggi pada orang lain, maka mereka akan merasa dihargai. Dengan begitu, bisa
saja membuat mereka mengalah. Penggunaan cara ini memberikan topik permasalahan
kepada lawan dan menanyakan penyelesaian permasalahan yang terjadi. Cara ini
digunakan bila persoalan itu tidak terlalu penting, pengetahun manajer tidak
terlalu luas.
3. Dominating
Keputusan yang dikeluarkan berdasarkan pada kepentingan
diri sendiri. Dilakukan jika dalam hal mendesak dan terpaksa. Karena mempunyai keyakinan
bahwa sebagai pemimpin mempunyai hak, maka cara ini diterapkan tanpa
memperhatikan kepentingan orang lain sama sekali. Cara seperti ini digunakan
bila persoalan tidak kompleks, waktu terbatas, solusi tidak populer, yang
terlibat kurang ahli dan persoalan ini penting bagi manajer.
4. Avoiding
Cara yang dilakukan dengan menghindar dari persoalan karena
tidak perlu solusi jangka panjang dan komitmen tidak dibutuhkan.
5. Compromising
Cara seperti ini penyelesaian persoalan yang terjadi
berpusat pada jalan tengah, dimana semua anggota bersedia mengorbankan sesuatu
demi tercapai penyelesaian konflik. Biasanya kedua pihak itu seimbang,
dibutuhkan pemecahan yang cepat, masalah tidaklah kompleks, tidak butuh solusi
jangka panjang.
BAB III
KESIMPULAN
Mengelola konflik
merupakan salah satu kunci utama dalam meraih “performance” yang optimal dalam
setiap organisasi. Namun sering dalam praktek persepsi demikian tampaknya masih
timpang. Organisasi yang berdiri tanpa konflik selalu dianggap sebagai kondisi
yang ideal. Jarang sekali konflik dipandang sebagai “vitamin” kehidupan
organisasi, tapi justru sebagai virus pembawa “penyakit”. Padahal apabila
konflik dikelola secara cerdas akan sangat dekat korelasinya dengan kehidupan
organisasi yang dinamis dan efektif.
Oleh karena itu konflik
yang bersifat destruktif (menghancurkan) harus sesegera mungkin dicarikan
solusinya. Dan sebaliknya, jika konflik yang bersifat positif harus ditangani
secara tepat, cerdas dan profesional agar aspek organisasi itu semakin
meningkat dan membangun.
DAFTAR PUSTAKA
http://andrie07.wordpress.com/2009/11/25/faktor-penyebab-konflik-dan-strategi-penyelesaian-konflik/
http://psychochanholic.blogspot.com/2008/03/teori-teori-konflik.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
http://psychochanholic.blogspot.com/2008/03/teori-teori-konflik.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar